Powered By Blogger

Monday, 26 January 2015

KUMPULAN PUISI TERBAIK DAN TERBARU/Ananda Collection




Bangkitlah Pemuda Bangsaku
Kelam...Ibu pertiwi memandang
Masa depan anak bangsa yang kian suram
Melupakan bangkai terbengkalai

Dalam perjuangan
75 tahun telah berlalu
Saat pemuda mengikat janji persaudaraan
Berikrar dalam satu sumpah

Berpegang pada satu kata: Persatuan!
Wahai pemuda bangsaku!
Sadarkah kau koyak-koyak baju ibumu
Menelanjanginya di depan mata dunia

Bila kau hanyut dalam perpecahan
Bangkitlah pemuda bangsaku!
Genggam teguh satu keyakinan  Bhineka Tunggal Ika!
Demi pembangunan, dalam persatuan













































PUPUS RAGA . . . PEGAT NYAWA

Napak tilas para pahlawan bangsa
Berkibar dalam syair sang saka
Berkobar dalam puisi Indonesia
Untuk meraih cita-cita merdeka

Napak tilas anak bangsa
Bersatu dalam semangat jiwa
Bergema di jagad nusantara
Untuk meraih prestasi dan karya

MERDEKA...!
Kata yang penuh dengan makna
Bertahta dalam raga pejuang bangsa
Bermandikan darah dan air mata

MERDEKA...!
Perjuangan tanpa pamrih untuk republik tercinta
menggelora di garis khatulistiwa
Memberi kejayaan bangsa sepanjang masa

MERDEKA...!
Harta yang tak ternilai harganya
Menjadi pemicu pemimpin bangsa
Untuk tampil di era dunia
























Mentari Pagi
Pertiwimu kini tertawa menganak
Menjerit diatas kepuasan
Kasihan darah yang menyatu dengan tanah airmu

Elakkan pengorbananmu
Dimana kobaran merah semangatmu?
Dimana putih suci ketulusanmu?

Pemudamu kini telah pergi
Anak cucumu hanya durhaka
Dia menari dengan malaikat bumi
Jangan menangis untuk hari

Bukti sudah sakit
Kuyakin kasihmu dalam mentari pagi
Tuk memberi arti
Membangunkan perjuanganmu yang mati hati


















CERITA MASA LALU

Masa-masa yang pilu..
Perjuangan nyawa yang gigih
melangkah menyerbu menyerang
tak dihiraukan
Kini..

Matahari mersinar terang
tak ada lagi menderita
tak ada lagi tangis pilu..
Cerita-cerita perjuangan
menggambarkan sosok sosok
yang tak dikenal

merebut kemerdekaan ini
Kini semua merdeka
tak ada jajahan
tak ada perang

MERDEKA! MERDEKA











Empat syuhada berangkat pada suatu malam,
gerimis air mata tertahan di hari keesokan,
telinga kami lekapkan ke tanah kuburan dan simaklah itu sedu-sedan,
Mereka anak muda pengembara tiada sendiri,
mengukir reformasi karena jemu deformasi,
dengarkan saban hari langkah sahabat-sahabatmu beribu menderu-deru,

Kartu mahasiswa telah disimpan dan tas kuliah turun dari bahu.
Mestinya kalian jadi insinyur dan ekonom abad dua puluh satu.
Tapi malaikat telah mencatat indeks prestasi kalian tertinggi di Trisakti bahkan di seluruh negeri,

karena kalian berani mengukir alfabet pertama dari gelombang ini dengan darah arteri sendiri,
Merah Putih yang setengah tiang ini,
merunduk di bawah garang matahari,

tak mampu mengibarkan diri karena angin lama bersembunyi.
Tapi peluru logam telah kami patahkan alam doa bersama,
dan kalian pahlawan bersih dari dendam,
karena jalan masih jauh dan kita perlukan peta dari Tuhan.

















Padamu negeri
Dari rantau aku menyapamu lagi
Apa kabar hari ini
Engkau bilang masih seperti kemarin hari
Padamu negeri
Dari rantau aku bertanya kembali
Tentang bagaimana esok pagi
Engkau pastikan seperti hari ini
Padamu negeri
Aku kapok tak ingin bertanya lagi
Kalau jawabannya selalu begini
Sampai hari kiamat nanti
Padamu negeri
Mana mungkin aku bisa berjanji
Akan segera kembali membawa nyali
Jika semuanya sudah tak berhati
Padamu negeri
Apalah gunanya memekikkan reformasi
Jika etika masih dirobohkan ambisi
Sehingga seantero negeri jadi taman safari
Padamu negeri
Apalah artinya menggulingkan rezim yang kau maki
Jika yang baru ternyata hanya ambil posisi
Menumpuk harta atas nama ibu pertiwi
Padamu negeri
Mana mungkin engkau tak kelihatan ngeri
Bajingan terminal dikeroyok sampai mati
Bajingan nasional dikembang-biakkan bagai merpati
Padamu negeri
Mana mungkin wajahmu nampak ramah berseri
Jika demi sepiring nasi, orang harus bertarung melawan polisi
Sedangkan demi BMW, orang lain tinggalkan kenakan baju safari
Padamu negeri
Mana mungkin orang kecil tak kan iri
Melihat pejabat dan politisi hamburkan uang di luar negeri
Sedang nelayan, buruh, dan petani makan satu dua kali sehari
Padamu negeri
Aku kapok tak ingin menyapamu lagi
Kalau jawabannya selalu begini
Sampai hari kiamat nanti


Hidupkanlah Terus Garis Kepahlawanan
Hai, mahasiswa-mahasiswa
hai, pemuda-pemuda
yang sedang minum air pengetahuan
dari sumbernya alamamater Gajah mada!
Camkanlah ini!
Bahwa pengetahuan
bahwa ilmu
bahwa pikiran
bahwa teori tiada guna,
tiada ujud
jika tidak dipergunakan
untuk mengabdi kepada prakteknya hidup
Buatlah ilmu berdwitunggal dengan amal
Angkatlah derajat kemahasiswaanmu itu
kepada derajat mahasiswa patriot,
yang sekarang mencari ilmu
untuk kemudian beramal terus menerus
dihadirat wajah ibu pertiwi
Tahukah kamu apa sebab aku sekarang ini bangga?
Bukan terutama karena menjadi Doctor Honoris Causa.
Tetapi aku bangga karena
Almamatermulah yang memanggil aku
Almamatermu! Universitas Gajah Mada
yang dilahirkan di atas persada amal bagi ibu pertiwi
dilahirkan dalam kancah perjuangan ibu pertiwi
Dalam kancah tempat menggumpalnya
kemauan-kemauan nasional
menjadi amal-amal nasional
di dalam kancah tempat menggumpalnya oknum-oknum konstruktif
dari pada Revolusi yang glorius ini,
di dalam kancahnya perjuangan, pengabdian, pengorbanan
di dalam kancah, yang demikian itulah
Gajah Madamu itu dilahirkan
di dalam kancah yang demikian itulah
Gajah Madamu ini menjelma dan bertumbuh
dan aku terharu bahwa Universitet yang demikian itulah
menyatakan apresiasinya atas sumbangan ku kepada ibu pertiwi.
Dan engkau,
engkau adalah, mahasiwa-mahasiswa
pada Universitas Putra Amal Perjuangan
engkau adalah asuhan-asuhannya,
engkau laksana anak-anak rajawali
maka tetap setialah kepada jiwa dan cita-cita indukmu ini.
Sekarang dan kelak
jikalau engkau telah meninggalkan ruangan-ruangan kuliahnya dan
telah masuk ke dalam prakteknya hidup
hidupkanlah terus garis pahlawan
hidupkanlah terus garis perjuangan
Gajah Mada adalah mata airmu
Gajah Mada adalah sumber airmu
tinggalkanlah kelak Gajah Mada ini
bukan untuk mati tergenang dalam rawanya
ketiada-amalan atau rawanya kemuktian diri sendiri
tetapi mengalirlah ke laut
tujulah ke laut
capailah laut
lautnya pengabdian kepada negara dan tanah air
yang berirama, bergelombang, bergelora!



Senyum suci tlah kau raih

terima kasih pahlawan suci

semangat juang tinggi tlah kau raih

Indonesiaku gemilang kini









































Detik-detik penuh dengan ancaman

Ketiga raga di pucuk darah penghabisan

Mata tombak yang selalu mengintai

Darah mengucur deras bagai badai

Tak kenal senjata, tak kenal mati

Hanya kaulah pahlawan sejati
































Dahulu wanita selalu diinjak-injak

Tetapi sekarang tidak lagi

Karena dahulu Ibu Kartini berjuang keras

Untuk menyelamatkan kaum wanita






























Hai Pahlawan kami,

Kau selalu melindungi kami

Kau telah berjuang untuk kami

Dan seluruh warga-warga dan teman-teman kami

Juga negara demi kami

Seandainya itu semua

Bukan dari pengorbanan yang rela

Dan semangat para pahlawan kita

Maka negara ini akan hancur selamanya

Jadi, terimalah terima kasih kami semua







Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghambat
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu Serang
Terjang




Puisi Ananda Rezky Wibowo



Indonesia Menangis
bahkan tercabik
dengan hebatnya penguasanya korupsi
tak peduli rakyatnya mengemis

Kesejahteraan tinggallah angan
keadilan hanyalah khayal
kemerdekaan telah terjajah
yang tersisah hanya kebodohan

Indonesiaku, Indonesia kalian
jangan hanya tinggal diam kawan
mari bersatu ambil peranan
sebagai pemuda untuk perubahan...



















Puisi Rhindy Marfiyanti



Teriknya mentari menyentuh kalbu
Tak terasa angin merambah rasa
Hanya terasa peluh merambah jiwa

Ku coba melangkah ke sana
Tak jua ku temukan suatu hal
Ku langkahkan kembali kakiku
Tapi ku masih tak temukan sesuatu itu

Saat ku berhenti tuk bersandar
Ku memohon dan berserah
Apa aku di beri sebuah peluang
Tuk bisa hidup nyaman

Oh tuhan…….
Perjuangan ini sungguh meresahkan
Perjuangan ini sungguh membingungkan
Perjuangan ini tak menemukan jalan

Kaki tak kuat untuk melangkah
Jiwa tak kuat untuk bangun
Hati tak sanggup untuk merasa
Otak tak bisa untuk berfikir

Hidupku……….
Kenapa kau ditakdirkan seperti ini
Hanya berharap dari perjuangan yang tak pasti
Hidup ini terasa sangat membingungkan




PENGORBANAN
Puisi Siti Halimah

Mengucur deras keringat
Membasahi tubuh yang terikat
Membawa angan, jauh ntah kemana ?

Bagaikan pungguk merindukan rembulan,
Jiwa ini terpuruk dalam kesedihan

Pagi yang menjadi malam,
dan Bulan yang menjadi Tahun.

Sekian lama telah menanti,
Dirinya tak jua terlepas.

Andai diriku sang Ksatria,
Aku sudah pasti menyelamatkannya.

Namun semua itu hanya mimpi.
Dirinyalah yang harus berusaha
untuk membawa dirinya pergi dari kegelapan abadi.


















PAHLAWAN KU
Puisi Rezha Hidayat


Ohh........ Pahlawan ku
Bagaimana ku bisa
Membalas jasa-jasa mu
Yang telah kau berikan untuk bumi pertiwi


Haruskah aku turun ke medan perang
Haruskah aku mandi berlumurkan darah
Haruskah aku tertusuk pisau belati penjajah
Aku tak tahu cara untuk membalas jasa mu


Engkau rela mengorbankan nyawa mu
Demi suatu kemerdekaan yang mungkin  
Tak bisa kau raih dengan tangan mu sendiri
Ohh......... pahlawan ku Engkau lah Bunga Bangsa



















                         Puisi Ahmadun Yosi Herfanda

Indonesia, aku masih tetap mencintaimu
Sungguh, cintaku suci dan murni padamu
Ingin selalu kukecup keningmu
Seperti kukecup kening istriku
Tapi mengapa air matamu
Masih menetes-netes juga
Dan rintihmu pilu kurasa?

Burung-burung bernyanyi menghiburmu
Pesawat-pesawat menderu membangkitkanmu
Tapi mengapa masih juga terdengar tangismu?
Apakah kau tangisi hutan-hutan
Yang tiap hari digunduli pemegang hapeha?
Apakah kau tangisi hutang-hutang negara
Yang terus menumpuk jadi beban bangsa?
Apakah kau tangisi nasib rakyatmu
Yang makin tergencet kenaikan harga?
Atau kau sekadar merasa kecewa
Karena rupiahmu terus dilindas dolar amerika
Dan IMF, rentenir kelas dunia itu,
Terus menjerat dan mengendalikan langkahmu?

Ah, apapun yang terjadi padamu
Indonesia, aku tetap mencintaimu
Ingin selalu kucium jemari tanganmu
Seperti kucium jemari tangan ibuku
Sungguh, aku tetap mencintaimu
Karena itulah, ketika orang-orang
Ramai-ramai membeli dolar amerika
Tetap kubiarkan tabunganku dalam rupiah
Sebab sudah tak tersisa lagi saldonya!

INDONESIAKU KINI
Puisi Awaliya Nur Ramadhana

Negaraku cinta Indonesia 
Nasibmu kini menderita 
Rakyatmu kini sengsara 
Pemimpin yang tidak bijaksana 
Apakah pantas memimpin negara  
yang aman sentosa

Oh Indonesia tumpah darahku 
Apakah belum terbit, 
Seorang pemimpin yang kita cari
Apakah rasa kepemimpinan itu  
masih disimpan di nurani
Tertinggal di lubuk hati 
Tak dibawa sekarang ini 

Rakyat membutuhkanmu
Seorang Khalifatur Rasyidin
Yang setia dalam memimpin
Menyantuni fakir miskin
Mengasihani anak yatim

Kami mengharapkan pemimpin 
yang soleh dan solehah
Pengganti tugas Rasulullah
Sebagai seorang pemimpin ummah
Yang bersifat Siddiq dan Fatanah

Andaikan kutemukan
Seorang pemimpin dunia
Seorang pemimpin agama
Seorang pemimpin  Indonesia

Hanya Allah Yang Mengetahuinya
NEGERI IMPIAN
Puisi Efoel Lintang

rembulan terbit dari barat, seperti wajahmu yang bulat
seakan menyiratkan yang tak tersurat
dibalik kharisma kemilaunya cahaya yang semburat
menghipnotis hati biar terpikat
lemah gemulai gerakanmu
iringi lagu rindu yang mendayu
sendu tatap matamu  menghiba pelepas rindu
tujuh purnama telah kau tunggu
tujuh negeri telah kau lewati
masih belum kau temui apa yang kau cari
diantara bimbangnya hati
apa sebenarnya yang kau cari
tanpa jawab yang kau dapati
bertambah galaulah hati
melihat nasib ini negeri
anak kurang gizi
bergelimpangan bayi mati
ibu-ibu tak punya asi
menggilanya aborsi
merajalelanya multilasi
ditingkahi bobroknya birokrasi ini negeri

lubuklinggau, 18 januari 2012




NEGERI INI

Saat sarafku dipengapkan meja 1/2 biro
Kupahat hatiku itu lagi
Pada prasasti tugu negriku
Agar para pahlawan negri ini

Tak lagi keluhkan sesal
Harus lahir di negri ini
Sudirman-sudirman reformasi
Harus berkembang di negri ini
Sukarno-sukarno reformasi
Harus bangkit di negri ini
Suharto-suharto reformasi

Agar diponegoro tak lagi keluhkan java
Agar wolter monginsidi tak tangisi celebes
Agar Patimura tak sia-siakan maluku
Agar Indonesiaku
Tak lagi tangisanku

Maba, 9 Juli 2014
PEMUDA UNTUK PERUBAHAN
Puisi Ananda Rezky Wibowo

Indonesia Menangis
bahkan tercabik
dengan hebatnya penguasanya korupsi
tak peduli rakyatnya mengemis

Kesejahteraan tinggallah angan
keadilan hanyalah khayal
kemerdekaan telah terjajah
yang tersisah hanya kebodohan

Indonesiaku, Indonesia kalian
jangan hanya tinggal diam kawan
mari bersatu ambil peranan
sebagai pemuda untuk perubahan...
PERJUANGAN TAK PASTI
Puisi Rhindy Marfiyanti

Teriknya mentari menyentuh kalbu
Tak terasa angin merambah rasa
Hanya terasa peluh merambah jiwa

Ku coba melangkah ke sana
Tak jua ku temukan suatu hal
Ku langkahkan kembali kakiku
Tapi ku masih tak temukan sesuatu itu

Saat ku berhenti tuk bersandar
Ku memohon dan berserah
Apa aku di beri sebuah peluang
Tuk bisa hidup nyaman

Oh tuhan…….
Perjuangan ini sungguh meresahkan
Perjuangan ini sungguh membingungkan
Perjuangan ini tak menemukan jalan

Kaki tak kuat untuk melangkah
Jiwa tak kuat untuk bangun
Hati tak sanggup untuk merasa
Otak tak bisa untuk berfikir

Hidupku……….
Kenapa kau ditakdirkan seperti ini
Hanya berharap dari perjuangan yang tak pasti
Hidup ini terasa sangat membingungkan
PENGORBANAN
Puisi Siti Halimah

Mengucur deras keringat
Membasahi tubuh yang terikat
Membawa angan, jauh ntah kemana ?

Bagaikan pungguk merindukan rembulan,
Jiwa ini terpuruk dalam kesedihan

Pagi yang menjadi malam,
dan Bulan yang menjadi Tahun.

Sekian lama telah menanti,
Dirinya tak jua terlepas.

Andai diriku sang Ksatria,
Aku sudah pasti menyelamatkannya.

Namun semua itu hanya mimpi.
Dirinyalah yang harus berusaha
untuk membawa dirinya pergi dari kegelapan abadi.
PAHLAWAN KU
Puisi Rezha Hidayat

Ohh........ Pahlawan ku
Bagaimana ku bisa
Membalas jasa-jasa mu
Yang telah kau berikan untuk bumi pertiwi

Haruskah aku turun ke medan perang
Haruskah aku mandi berlumurkan darah
Haruskah aku tertusuk pisau belati penjajah
Aku tak tahu cara untuk membalas jasa mu

Engkau rela mengorbankan nyawa mu
Demi suatu kemerdekaan yang mungkin  
Tak bisa kau raih dengan tangan mu sendiri
Ohh......... pahlawan ku Engkau lah Bunga Bangsa

INDONESIA, AKU MASIH TETAP MENCINTAIMU
Puisi Ahmadun Yosi Herfanda

Indonesia, aku masih tetap mencintaimu
Sungguh, cintaku suci dan murni padamu
Ingin selalu kukecup keningmu
Seperti kukecup kening istriku
Tapi mengapa air matamu
Masih menetes-netes juga
Dan rintihmu pilu kurasa?

Burung-burung bernyanyi menghiburmu
Pesawat-pesawat menderu membangkitkanmu
Tapi mengapa masih juga terdengar tangismu?
Apakah kau tangisi hutan-hutan
Yang tiap hari digunduli pemegang hapeha?
Apakah kau tangisi hutang-hutang negara
Yang terus menumpuk jadi beban bangsa?
Apakah kau tangisi nasib rakyatmu
Yang makin tergencet kenaikan harga?
Atau kau sekadar merasa kecewa
Karena rupiahmu terus dilindas dolar amerika
Dan IMF, rentenir kelas dunia itu,
Terus menjerat dan mengendalikan langkahmu?

Ah, apapun yang terjadi padamu
Indonesia, aku tetap mencintaimu
Ingin selalu kucium jemari tanganmu
Seperti kucium jemari tangan ibuku
Sungguh, aku tetap mencintaimu
Karena itulah, ketika orang-orang
Ramai-ramai membeli dolar amerika
Tetap kubiarkan tabunganku dalam rupiah
Sebab sudah tak tersisa lagi saldonya!

Jakarta, 1997/2008
INDONESIAKU KINI
Puisi Awaliya Nur Ramadhana

Negaraku cinta Indonesia 
Nasibmu kini menderita 
Rakyatmu kini sengsara 
Pemimpin yang tidak bijaksana 
Apakah pantas memimpin negara  
yang aman sentosa

Oh Indonesia tumpah darahku 
Apakah belum terbit, 
Seorang pemimpin yang kita cari
Apakah rasa kepemimpinan itu  
masih disimpan di nurani
Tertinggal di lubuk hati 
Tak dibawa sekarang ini 

Rakyat membutuhkanmu
Seorang Khalifatur Rasyidin
Yang setia dalam memimpin
Menyantuni fakir miskin
Mengasihani anak yatim

Kami mengharapkan pemimpin 
yang soleh dan solehah
Pengganti tugas Rasulullah
Sebagai seorang pemimpin ummah
Yang bersifat Siddiq dan Fatanah

Andaikan kutemukan
Seorang pemimpin dunia
Seorang pemimpin agama
Seorang pemimpin  Indonesia

Hanya Allah Yang Mengetahuinya
NEGERI IMPIAN
Puisi Efoel Lintang

rembulan terbit dari barat, seperti wajahmu yang bulat
seakan menyiratkan yang tak tersurat
dibalik kharisma kemilaunya cahaya yang semburat
menghipnotis hati biar terpikat
lemah gemulai gerakanmu
iringi lagu rindu yang mendayu
sendu tatap matamu  menghiba pelepas rindu
tujuh purnama telah kau tunggu
tujuh negeri telah kau lewati
masih belum kau temui apa yang kau cari
diantara bimbangnya hati
apa sebenarnya yang kau cari
tanpa jawab yang kau dapati
bertambah galaulah hati
melihat nasib ini negeri
anak kurang gizi
bergelimpangan bayi mati
ibu-ibu tak punya asi
menggilanya aborsi
merajalelanya multilasi
ditingkahi bobroknya birokrasi ini negeri

lubuklinggau, 18 januari 2012
NEGERI INI

Saat sarafku dipengapkan meja 1/2 biro
Kupahat hatiku itu lagi
Pada prasasti tugu negriku
Agar para pahlawan negri ini

Tak lagi keluhkan sesal
Harus lahir di negri ini
Sudirman-sudirman reformasi
Harus berkembang di negri ini
Sukarno-sukarno reformasi
Harus bangkit di negri ini
Suharto-suharto reformasi

Agar diponegoro tak lagi keluhkan java
Agar wolter monginsidi tak tangisi celebes
Agar Patimura tak sia-siakan maluku
Agar Indonesiaku
Tak lagi tangisanku

Maba, 9 Juli 2014

Semangat Pahlawan

Ku lihat engkau di sana Pahlawan
Tak menyerah patah arang
Tak gentar medan kau lawan
Bersorak sorai tanda kemenangan

Letih raga kau rasa
Jatuh tanda tak kalah
Di sini ku berdo'a
Bangkit hadapi menyerang lawan

Tak dengar caci mereka
Berjalan tuhan akan berkata
Hamba bersujut berharap
Mentari senyum tanda melawan

Ku lihat engkau di sana Pahlawan ku
Walau tulang tak lagi menyatu
Tapi jiwa berkata beda
Semangat maju takkan mundur

Kini mimpi telah usai
Tapi cita takkan berhenti
Perjalanan hidup panjang di sini
Semangat pahlawan Tetap abadi

Untuk Pahlawan Negriku

Untuk negriku
Hancur lebur tulang belulangku
Berlumur darah sekujur tubuhku
Bermandi keringat penyejuk hati

Ku rela demi tanah air negriku
Sangsaka merah berani
Putih suci
Melambai-lambai di tiup angin
Air mata bercucuran menganjungkan do'a
Untuk pahlawan negriku
Berpijak berdebu pasir
Berderai kasih hanya untuk pahlawan jagat raya
Hanya jasamu bisa kulihat
Hanya jasamu bisa ku kenang
Tubuhmu hancur hilang entah kemana
Demi darahmu..
Demi tulangmu.....
Aku perjuangkan negriku ini,. Indonesia ku
PAHLAWAN TAK DIKENAL
Oleh: Toto Sudarto Bachtiar
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang

Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapang
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu
Dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda
SEBUAH JAKET BERLUMUR DARAH
Oleh: Taufiq Ismail
Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah berbagi duka yang agung
Dalam kepedihan berahun-tahun

Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ‘Selamat tinggal perjuangan’
Berikrar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?
Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang
Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
LANJUTKAN PERJUANGAN
KEMERDEKAAN

Terkenang merdeka kala lalu
Penindasan angkara murka Eropa terbaru
Negeri terbakar kemerdekaan sejati
Dalam lingkar kehidupan kerakyatan

Bila merindu mencari kemerdekaan
Tiba saat kemerdekaan untuk semua rakyat
Satu tanah air, satu bangsa dan satu nusantara (gugusan pulau-pulau)

Kemerdekaan negeri telah mengalir
Dari babakan sejarah panjang
Darah rakyat yang butuh kemakmuran dan keadilan

Kemerdekaan sejati adalah pilar sejati
Sarat makna kehidupan kebangsaan
Sepadan kesetaraan untuk globalisasi
Merah putih landasan makna yang bersandingkan kedamaian

Cita rasa Indonesia merdeka era milenium
Kembali dalam lingkar kehidupan kerakyatan
Darah rakyat terbakar untuk persatuan
Otentik makna asli dan makna unik
Saraf evolusi marhaen adalah nilai kebangkitan
Separuh waktu merangkum budaya
Baku bercangkang api-pun tergenggam
Tumbuh merongrong tradisi baru yang pun menjelma

Cita rasa Indonesia merdeka erat berkait
Mensaji esensi selera memandu ragam rakyat
Tanpa ragu tanpa pergeseran otoritas

Kemerdekaan negeri telah mengalir
Gambar bergumul ragam kepentingan
Pandang makna, pandang nilai, pandang bercipta moral susila merangkum
ragam
Serangkai berjalan mendekati senang
Pandu tajam kesejahteraan membalut kemerdekaan

Perjuangan cita rasa adalah habitat kemerdekaan
Pinus bergaris ruang terekat berjuis dan lagak-lagak kemiskinan
Tampak kayu, atas gunung dan turun tebing
Dari pertapaan kemewahan dan makna
Buka pintu peroleh lapang pembawa selera
Lentur terikat gerak peran negara
Ragam bersandar ruang-ruang dan dermaga
Bijak kemerdekaan dan rujuk kebangsaan
Simpul-simpul merangkai terhibur penyair jalanan

Bila merindu mencari kemerdekaan
tiba saatnya kemerdekaan untuk semua rakyat
satu tanah air, satu bangsa, dan satu nusantara (gugusan pulau-pulau)

Indonesia, 12 juli 2007

Indonesia ku, Berdiri, Berkibar, Bertahanlah.

Karya : Bang arie (admin blog cerita cinta)

Dalam diam aku menangis
Dalam sepi aku bersembunyi

Tak mampu
Sungguh aku tak bisa

Melihat darah mengalir
Mendengar tangis menggema

Ya itulah kejadian dulu
Dulu ketika bambu runcing
Dan parang di tangan yang kecil
Mengayun mengusir mereka

Tapi kini
Teman-temanku
Sahabat-sahabatku
Yang hancurkan bumi pertiwi ini

Mereka pikir mereka benar!
Satu tarikan pemicu
yang menyebabkan ribuan nyawa terkapar!

Sungguh...
Andai sang pejuang terlahir kembali
mungkin mereka akan berkata

"Aku tak ingin Indonesia merdeka
Biarkan aku mati
Asal Mereka tak terlahir nanti"

Banggakah Aku

banggakah aku pada negeriku
yang sedang carut marut
banggakah aku pada tanah airku
yang sedang terpetak terjajah pada kerakusan
banggakah aku pada bangsaku
yang kian hari kian meluntur tergerus kepentingan pribadi

mana warisanku dari perjuangan dulu
yang katanya penuh darah air mata
mengapakah menjadi bias sekedar nama

I N D O N E S I A

sebentuk gugusan pulau

dan tetap saja tak nyaman hidup ketika perasaan
sebangsa, sesaudara, sepenanggungan
hanya cerita tapi tak kasat mata

apa arti lagu-lagu upacara itu
ketika sehabis dinyanyikan
sekolah sekolah rakyat tergusur
seragam seragam bukan menjadi kebanggaan keilmuan
namun prasyarat dan penghalang keingin tahuan maju

apa arti kesejahteraan terjamin negara
jika ketidakmerataannya menimbulkan
banyak kecemburuan
bersaing antara jumlah mobil mewah
dan rumah gerobak sampah
bersaing antara gedung pencakar lagit
dan penampungan kolong jembatan sarang penyakit

apa arti kewibawaan itu
jika para pencoleng bisa bebas bersekutu
bom - bom berledakan bak kembang api
tak ada perlindungan bagi TKI pejuang devisa kita
juga ketika para juara dunia terlantar
mengais nafkah ketika masa uzurnya tiba

siapa yang masih menangis terharu
ketika merah putih berkibar
siapa yang masih berdegup bangga
ketika merah putih mengangkasa
siapa yang masih berdiri gagah
ketika merah putih memandang dunia

ajari aku
kembali bangga
kembali mencintai negeriku


PAHLAWAN TAK DIKENAL
Oleh: Toto Sudarto Bachtiar
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang

Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapang
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu
Dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda




























Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah berbagi duka yang agung
Dalam kepedihan berahun-tahun

Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang

Seraya mengucapkan ‘Selamat tinggal perjuangan’
Berikrar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang

Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa

Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
LANJUTKAN PERJUANGAN




Demi negeri
kau korbankan waktumu
demi bangsa
rela kau taruhkan nyawamu
maut menghadang didepan
kau bilang itu hiburan
nampak raut wajahmu
tak segelintir rasa takut
semangat membara dijiwamu
taklukkan mereka penghalang negeri
hari-harimu diwarnai
pembunuhan, pembantaian
dihiasi bunga-bunga api
mengalir sungai darah disekitarmu
bahkan tak jarang mata air darah itu
muncul dari tubuhmu
namun tak dapat
runtuhkan tebing semangat juangmu
bambu runcing yang setia menemanimu
kaki telanjang tak beralas
pakain dengan seribu wangi
basah dibadan kering dibadan
kini menghantarkan indonesia
kedalam istana kemerdekaan












Senja Ku Merindu

Kau beri kehangatan tanpa berpelukan
kau bawa keindahan sebelum kegelapan
Semua riang menyambutmu.begitu juga aku
Aku yang selalu merindu dalam penantianmu
Senyum untukmu
Itu caraku melukis kebahagiaan saat bersua denganmu
Meski yang merindu bukan hanya aku
Tapi aku tak pernah cemburu
Kau tercipta dari yang maha indah
Untuk semua keindahan
Keindahan yang hakiki
Yang ada di alam ini
Semoga esok kembali bersua
Doa ku untukmu
Dariku yang merindukanmu
Senja……….

No comments:

Post a Comment

Masukkan Nama dan Alamat Lengkap

Translate